Opini tentang Fenomena Organisasi & Narsistik dalam Perspektif Sumber Daya Manusia (SDM)

Fenomena narsistik dalam organisasi, khususnya dari perspektif Sumber Daya Manusia (SDM), merupakan tantangan yang kompleks. Narsisme, yang sering diidentifikasi melalui perilaku berlebihan dalam mengejar pengakuan, rasa superioritas, serta kurangnya empati, dapat berdampak negatif pada proses manajemen SDM. Dalam konteks organisasi, perilaku narsistik tidak hanya memengaruhi individu yang terlibat langsung, tetapi juga berdampak pada iklim kerja, produktivitas, serta kesejahteraan karyawan secara keseluruhan.

Dari perspektif SDM, individu yang narsistik, terutama jika berada dalam posisi kepemimpinan, dapat mengganggu banyak aspek dalam pengelolaan sumber daya manusia. Pemimpin narsistik sering kali mengabaikan proses manajemen yang berbasis meritokrasi dan objektivitas. Mereka cenderung memprioritaskan pencapaian pribadi dibandingkan pengembangan bakat dan potensi tim. Ini bisa menciptakan ketidakadilan dalam sistem penghargaan dan promosi, di mana loyalitas kepada pemimpin narsistik atau kemampuan "menjual" diri secara berlebihan lebih dihargai dibandingkan kinerja riil.

Selain itu, pemimpin narsistik biasanya menunjukkan perilaku manipulatif dalam hubungan antar-karyawan. Mereka sering memanfaatkan kekuasaan untuk menjaga dominasi, mengklaim pujian atas pekerjaan orang lain, atau merendahkan kontribusi bawahan yang dianggap sebagai ancaman. Dari sudut pandang SDM, ini menyebabkan rusaknya kepercayaan antara manajemen dan karyawan, menurunkan motivasi, dan memperburuk retensi talenta. Para profesional SDM harus menghadapi dilema ini dengan memastikan bahwa lingkungan kerja tetap adil dan kondusif bagi pengembangan individu.

Fenomena narsistik dalam organisasi juga berdampak pada iklim kerja yang lebih luas. Pemimpin dengan kecenderungan narsistik dapat menciptakan suasana kerja yang berfokus pada pencitraan dan persaingan internal, mengabaikan kolaborasi dan solidaritas tim. Dalam organisasi semacam ini, karyawan mungkin merasa tidak nyaman untuk mengekspresikan pendapatnya atau menyampaikan kritik, karena takut akan konsekuensi dari pemimpin yang narsistik dan tidak terbuka terhadap masukan. Ini jelas merugikan proses inovasi dan perkembangan organisasi, karena kreativitas dan ide-ide baru akan terhambat.

Dari sisi SDM, penting untuk memiliki strategi yang mampu mengenali dan menangani perilaku narsistik ini sebelum menimbulkan dampak luas. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan budaya organisasi yang transparan, mendorong umpan balik dua arah, serta memberikan pelatihan kepemimpinan yang mengutamakan empati dan kolaborasi. Proses rekrutmen dan seleksi yang berbasis kompetensi dan soft skills juga harus dioptimalkan agar organisasi dapat meminimalisir potensi pemimpin narsistik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai organisasi.

Pada akhirnya, narasi narsistik dalam organisasi tidak dapat diabaikan oleh divisi SDM. Para profesional SDM berperan penting dalam membangun budaya kerja yang sehat, di mana setiap individu, termasuk pemimpin, diharapkan memiliki keseimbangan antara ambisi pribadi dan empati terhadap orang lain. Keberhasilan organisasi tidak hanya diukur dari kinerja finansial, tetapi juga dari bagaimana organisasi itu menghargai dan mengelola manusianya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Milad Muhammadiyah ke-112 dalam Perspektif Pengembangan SDM

SDM & Etika Profesi: Menjaga Kepantasan dalam Era Kebebasan

Refleksi Dalam Perspektif Pengembangan SDM Berkemajuan atas Fenomena Viral Gus Miftah Mengolok-olok Penjual Minuman