Harga Naik, Borobudur Tak Jadi Primadona Wisata?! Atau interpretasi buruknya Pola Pembinaan, Pemantauan, Dan Evaluasi Cagar Budaya?

Borobudur merupakan warisan dunia yang berupa cagar budaya. Borubudur bukan hanya menjadi tempat suci umat budha saja. Namun icon peradaban dan moderasi beragama di Indonesia. Wajar Borubudur jadi desinasi favorit pilihan masyarakat Indonesia.

Namun akhir-akhir ini menjadi perbincangan karena tiket masuk menjadi Rp 750.000? dengan alasan, banyak stupa (bagian candi) hilang. Logika yang tidak tepat jika pemerintah memutuskan hal tersebut. Sangat disayangkan harus mengambil langkah yang yang kontroversial dan tidak menguntungkan rakyat kelas menengah ke bawah, ditengah pemulihan ekonomi pasca COVID-19.

Stupa hilang, rusak sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat Indonesia. Namun, sebagai masyarakat kami boleh mempertanyakan bagaimana pola pembinaan, pemantauan, dan evaluasi cagar budaya selama ini? apakah seperti ini caranya untuk merehap candi dibutuhkan proteksi standar ganda? Tanpa memperdulikan antusiasme masyarakat kalangan menengah kebawah yang ingin berwisata?

Solusi atas naiknya harga masuk Borobudur menurut kami. yakni:

Sudut pandang Sosiologi: organisasi, institusi dan organisasi sosial haruslah diberikan kesempatan untuk bersua dengan pemerintah "kenapa harus ada wacana Rp 750K?" adanya duduk bersama pasti ada namanya negosiasi dan musyawarah mufakat agar pemerintah tak hilang marwah-nya. Adanya organisasi, institusi dan organisasi sosial sebagai mediator pemerintah itu sendiri. Entah kenapa pemerintah merenggangkan - membuat jarak kepada kelompok yang seharusnya justru disanding bersama untuk menyukseskan program dan kembali juga untuk kemaslahatan bersama.  

Sudut pandang SDM sumber daya manusia

Pemerintah sangat gegabah; jelas sebagai masyarakat menanyakan mempertanyakan bagaimana pola pembinaan, pemantauan, dan evaluasi cagar budaya selama ini? 

Sudut pandang kesejahteraan:

Masyarakat justru sekitar yang menggantungkan dari sektor ekonomi kretatif di borobudur sangat berdampak signifikan karena kebijakan yang diskrimatif ini.

Oleh karenanya, naiknya harga masuk Borobudur haruslah dikomunikasikan dengan semua pihak, bukan keputusan sepihak yang membuat masyarakat khususnya yang menggantungkan hidup berwirausaha di Borobudur menjadi kacau ekonominya. Dan kami harap pemerintah juga memperhatikan dengan seksama, terlebih kondisi pemulihan ekonomi, psikologis masyarakat pasca COVID-19 yang belum pulih seutuhnya. 

Sumber: https://radarmadiun.jawapos.com/nasional/05/06/2022/tiket-masuk-candi-borobudur-bakal-naik/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Milad Muhammadiyah ke-112 dalam Perspektif Pengembangan SDM

SDM & Etika Profesi: Menjaga Kepantasan dalam Era Kebebasan

Refleksi Dalam Perspektif Pengembangan SDM Berkemajuan atas Fenomena Viral Gus Miftah Mengolok-olok Penjual Minuman