Refleksi dalam Perspektif Pengembangan SDM: Penetapan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) oleh PP Muhammadiyah dalam Rangka Menyambut 1 Muharam 1447 H
Pendahuluan
Penanggalan Hijriyah merupakan sistem kalender yang tidak hanya berfungsi sebagai penanda waktu keagamaan umat Islam, tetapi juga sebagai simbol identitas dan kesatuan umat. Menjelang 1 Muharam 1447 Hijriyah, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah kembali menegaskan komitmennya terhadap pentingnya Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT). Gagasan ini bukanlah hal baru, namun semakin relevan di tengah tantangan globalisasi dan kebutuhan akan integrasi sistemik dalam berbagai aspek kehidupan umat. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia (SDM), penetapan KHGT oleh Muhammadiyah merupakan langkah strategis, transformatif, dan berorientasi masa depan.
Kalender sebagai Sistem Sosial dan Kultural
Kalender bukan sekadar alat ukur waktu, tetapi merupakan sistem sosial yang membentuk pola perilaku, budaya organisasi, dan struktur kelembagaan masyarakat. Dalam konteks manajemen SDM, waktu berfungsi sebagai elemen sentral dalam perencanaan, pengambilan keputusan, serta manajemen kinerja. Ketidaksinkronan dalam penentuan waktu-waktu penting keagamaan, seperti awal Ramadan atau Idul Fitri, mencerminkan adanya disorganisasi dalam sistem sosial umat Islam. KHGT hadir sebagai solusi untuk menyatukan orientasi waktu umat Islam secara global.
KHGT dan Transformasi Manajemen SDM Islam
Dalam teori pengembangan SDM, khususnya pendekatan Strategic Human Resource Development (SHRD), kohesi nilai dan struktur sistem menjadi prasyarat penting bagi pembentukan SDM unggul. Muhammadiyah, melalui KHGT, menawarkan integrasi nilai (unity of time) sebagai basis pembentukan time discipline yang kohesif. Ini berdampak langsung pada efisiensi organisasi, peningkatan produktivitas, serta penguatan sense of belonging dalam komunitas global Islam.
Lebih jauh, KHGT dapat dipandang sebagai bentuk Islamic knowledge-based governance, yakni tata kelola umat berbasis ilmu pengetahuan dan nilai Islam yang progresif. Sejalan dengan gagasan ijtihad ilmiah yang menjadi ciri khas Muhammadiyah, KHGT menggabungkan pendekatan rasional-ilmiah (astronomi dan hisab global) dengan semangat ukhuwah Islamiyah. Dengan demikian, KHGT tidak hanya menjadi produk fiqh, tetapi juga produk sosial dan manajerial umat.
Implikasi terhadap Pendidikan dan Literasi Keagamaan SDM Muslim
Penerapan KHGT secara konsisten dapat memperkuat literasi keagamaan masyarakat Muslim. Pendidikan Islam dapat memanfaatkan KHGT sebagai alat integrasi kurikulum berbasis interdisciplinary approach antara astronomi, fiqh, dan sosiologi. Literasi waktu yang akurat akan mendorong pengembangan kompetensi time management dan spiritual leadership dalam diri SDM Muslim, baik di sektor pendidikan, sosial, maupun pemerintahan.
Tantangan dan Harapan
Adopsi KHGT tentu tidak lepas dari tantangan, baik resistensi kultural, perbedaan metodologi hisab-rukyat, hingga politik identitas dalam umat Islam global. Namun, sebagai organisasi modernis yang konsisten mengedepankan ijtihad tajdid, Muhammadiyah telah menunjukkan leadership visioner dalam membangun sistem kalender yang berorientasi unifikasi dan progresivitas. KHGT bisa menjadi modal sosial dan kultural dalam membangun umat Islam yang terorganisir, adaptif, dan memiliki global awareness.
Penutup
Refleksi atas penetapan KHGT oleh PP Muhammadiyah tidak hanya relevan sebagai langkah teknis keagamaan, melainkan sebagai instrumen strategis dalam pengembangan SDM Muslim yang unggul, tertib, dan berbasis nilai. 1 Muharam 1447 H hendaknya menjadi momen introspektif dan afirmatif bahwa umat Islam mampu mengelola waktunya secara kolektif, ilmiah, dan terorganisir. KHGT adalah wujud nyata dari cita-cita ummatan wahidah dalam kerangka manajemen peradaban Islam yang berkemajuan.
Komentar
Posting Komentar