Banjir Jakarta dalam prespektif Sumberdaya Kesejahteraan Sosial
Banjir Jakarta awal 2020 dalam prespektif Sumberdaya
Kesejahteraan Sosial
Artikel Banjir Jakarta dalam prespektif Sumberdaya
Kesejahteraan Sosial ini menitik berat pada aspek perencanaan yang gagal,
fakta sosial yang kronis dan kebijakan/perangkat hukum/perundang-undangan yang
tidak tepat.
Pada segi Sumberdaya, peneliti menekankan pada aspek
perencanaan. Perencanaan yang dimaksud berdampak pada semua proses
pengornasisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemisahan terkait banjir. Peneliti
tidak menjelekkan sosok Gubernur Anis Baswedan secara serta-merta, beliau
memiliki pola komunikasi SDM yang cukup bagus namun dalam jabatan politik
dibutuhkan ketelitian dan keperpihakan pada masyarakat. Penjabaran pada aspek
sumberdaya tidak maksimal, sebagai berikut:
· Pengornasisasian
Pada kasus banjir. Aspek pengorganisasian itu yang penting.
Peneliti melihat kepemimpinan Anis Baswedan sejak 16-10-2017 sama sekali tidak
melakukan upaya pengorganisasian yang masif. Membandingkan proses
pengorganisasian di Surabaya dan kepemimpinan Jokowi-Ahak saat memimpin Jakarta
sangat timpang sama sekali. Peneliti mengambil satu poin saja, yakni tidak
adanya rehabilitasi drainase dari hulu hingga hilir.
· Pengarahan
Pengarahan yang tidak jelas pada banjir awal 2020 yang
dilakukan oleh Anis Baswedan melalui media. Pengarahan via media ini sangat
merusak citra Anis sendiri yang menerangkan jika Anis tidak siap memimpin
Jakarta. Pengarahan yang tepat haruslah bias dilaksanakan oleh tim TGUPP
beliau, namun statment pada pagi hari tadi membuktikan adanya
miss, entah dari TGUPP, instansi terkait atau ketidak-cakepan beliau dalam
mengarahkan bawahannya.
· Pengendalian
Banjir itu unik, pengendalian hal yang utama untuk
menimimalisir dampak. Pembersihan selokan tiap minggunya, pengerukan kali dan
pembersihan sampah di pintu air seminggu sekali hal yang wajib dilakukan karena
Jakarta ibu kota Indonesia. Tidak mengesampingkan masalah agaria yang kompleks
dan masalah lainnya, namun pengendalian diatas bisa membuat banjir tidak
melumpuhkan aktifitas.
· Pengadaan
Banjir Jakarta harus dilakukan pengadaan yang tepat. Mulai
pakaian untuk pasukan orange, peralatan yang menyandingi pasukan orange dan
pemeliharaan pompa air dan rehab mesin-perangkat pintu air.
· Pengembangan
Banjir Jakarta awal 2020 tidak lepas program pengembangan
yang berkelanjutan. Peneliti tidak mau gegabah men-just kepada Anis baswedan.
Peneliti fokus pada dinas terkait yang tidak ada program pengembangan yang
signifikan dan data lapangan kondisi pintu air, kali dan selokan yang tidak
sinkron pada pengembangan pasukan orange, BPBD dan lainnya.
· Kompensasi
Kompensasi merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari
banjir, karena dengan kompensasi pihak terkait baik pasukan orange dan pihak
terkait akan lebih semangat dan lebih fokus pada job yang menjadi tanggung
jawabnya.
· Integrasi
Integrasi dalam penanganan banjir merupakan keniscayaan
karena jika tidak, maka kasus dewasa ini yang terjadi di Jakarta merupakan
potret tidak jalannya integrasi program-job yang seharusnya menjadi tanggung
jawab pihak X maka Y,Z timpang dan ujungnya banjir akan masif dirasakan disemua
wilayah.
· Pemeliharaan
Pemeliharaan alat-alat kebersihan, pintu air dan selokan
merupakan hal yang harus dilakukan secara berkala agar banjir Jakarta bisa
diatasi
· Pemisahan
Pemisahan atau pemberhentian petugas/Kadis ysng tidak becus
pada sampah seharusnya dilakukan, agar masalah tidak berlarut-larut dan tidak
merugikan masyarakat serta citra pemerintah yang menjadi taruhannya.
Pada penjabaran pointer aspek sumberdaya bisa dimpulkan
perencanaan manusianya tidak disiapkan secara baik dan reaktif atas
permasalahan banjir.
Pada segi Sosiologi, peneliti menekankan pada aspek fakta
sosial. Fakta sosial yang dimaksud berdampak pada semua proses sosial, struktur
sosial, perubahan sosial, organisasi sosial, institusi sosial, individu, masyarakat,
hubungan individu & masyarakat, kelompok sosial dan komunitas terkait
banjir. Peneliti tidak menjelekkan sosok gubernur yang kurang menguasai aspek
sosiologi. Penjabaran pada aspek sosiologi, sebagai berikut:
·
Proses Sosial
Banjir Jakarta
pada pointer proses sosial terjadi miss, pada kurangnya reward-punishment
pasukan orang atau SKPD terkait. Dan bisa jadi, pihak terkait tidak turun
lapangan mengkroscek yang dikerjakan bawahannya dalam perencanaan hingga
penanggulangan banjir.
·
Struktur Sosial
Struktur
sosial saat banjir awal 2020 di Jakarta, menunjukkan tidak jalannya struktur
sosial. Hal tersebut ditandai hingga sekarang banyak warga yang belum mengungsi
dan penanggulangan bencana dari provinsi yang diam.
·
Perubahan Sosial
Menurut Emile
Durkheim dan analisa banjir Jakarta, peneliti beragumen bahwa terjadi perubahan
sosial yang terjadi karena aparatur Jakarta kembali lembek karena pimpinan
mereka (gubernurnya) atau kebudayaan material.
·
Organisasi Sosial
Organisasi sosial
saat banjir Jakarta awal 2020 tidak berjalan baik fungsinya. Semestinya adanya
perkumpulan sosial sebagai sarana partisipasi masyarakat untuk pembangunan
bangsa dan negara namun organisasi sosial tingkatan bawah hingga atas tidak
terjadi sesuai fungsinya.
·
Institusi Sosial
Seperangkat
norma dan aturan yang mengalami pelembagaan atau institusionalisasi saat banjir
2020 tidak berjalan sistematis. Peneliti melihat apa yang terjadi di Jakarta
tidak lepas dari leadership gubernurnya, oleh karenanya tidak heran kinerja
institusi tidak berdampak sosial.
·
Individu
Banjir 2020
di Jakarta terjadi adanya ketidak-berlanjutan dan ketidak-kesinambungan
individu ditingkat keluarga, masyarakat dan lainnya.
·
Masyarakat
·
Hubungan Individu &
Masyarakat
·
Kelompok Sosial
·
Komunitas
Komentar
Posting Komentar